Rahim Pengganti

Bab 111 "Masa Lalu Kembali"



Bab 111 "Masa Lalu Kembali"

0Bab 111      
0

Masa Lalu Kembali      

Dua puluh lima menit berlalu, kedua nya sudah sampai di sebuah tempat lukisan yang begitu indah, dari lukisan terkecil hingga terbesar semuanya ada di sana. Siska segera masuk dan memilih apa saja yang cocok dengan cafe nya, wanita itu melupakan Elang yang ada di sana.      

Dirinya sibuk lari ke sana kemari untuk bisa melihat lihat banyaknya lukisan yang terbentang di sana.      

"Hai!!" sapa seseorang. Membuat Siska menoleh ke arahnya, Siska kaget ketika melihat orang tersebut. Senyum yang tadinya mengembang tergantikan dengan tatapan sedih dan datar, tatapan yang tidak suka dengan apa yang dirinya lihat saat ini.      

Tubuh Siska seketika sangat kaku, sedangkan pria itu menatapnya dengan senyuman yang mengembang.      

Elang yang melihat perubahan wajah Siska langsung mencoba mendekati nya dan meraih tangan wanita itu kedua mata mereka saling menatap satu dengan lainnya.      

"Lama tidak bertemu, apa kabar?" tanyanya lagi. Tapi Siska tetap dia wanita itu tidak tahu, harus bersikap seperti apa. Yang jelas saat ini wanita itu bingung akan situasi yang benar benar tidak dirinya suka.      

"Mas sepertinya kita pergi saja dari sini," ujar Siska sembari mengajak Elang pergi. Sungguh dirinya sangat tidak nyaman dengan keadaan yang terjadi saat ini. Melihat tingkah Siska yang memberbeda menimbulkan banyak tanda tanya di benak Elang. Namun, pria itu tidak berkomentar dia mengikuti tarikan Siska yang mengajaknya pergi dari tempat tersebut.      

Sedangkan pria yang dihindari oleh Siska hanya bisa menatap sendu, pria itu terlihat sangat menyesal dengan apa yang sudah terjadi.      

"Sebenci itu kah kamu dengan aku? Sehingga melihat wajah aku saja kamu tidak mau," gumam pria itu dengan nada sedih.      

***      

Sepanjang jalan Siska hanya diam, wanita itu tidak membuka suaranya sedikit pun kejadian beberapa tahun lalu kembali terlintas di benaknya, sungguh dirinya tidak suka dengan hal seperti ini dan bertemu dengan dia orang di masa lalu membuat bayangan kelam itu kembali berputar.      

Elang sesekali menoleh ke arah Siska menatap wanita itu dengan penuh tanda tanya, ingin bertanya namun tidak mampu. Karena Elang tahu, saat ini Siska sedang tidak baik baik saja sehingga diri nya lebih memilih untuk diam.      

Mobil yang dikendarai oleh Elang sudah berhenti di sebuah tempat makan, tatapan mata Siska masih menatap ke depan tapi tatapan itu kosong. Elang menyentuh lengan Siska membuat wanita itu menoleh ke arahnya.      

"Mas!!" Elang menampilkan raut wajah tersenyum, seketika Siska sadar akan sesuatu diri nya meneteskan air mata nya, melihat Siska menangis semakin membuat Elang yakin bahwa ada sesuatu hal yang terjadi di antara mereka berdua.      

***     

Di sini lah mereka, duduk di sebuah restoran setelah cukup tenang Siska dan Elang akhir nya keluar dari dalam mobil.      

"Kamu gak apa apa?" tanya Elang khawatir, apa lagi ketika melihat sikap Siska yang tiba tiba melow seperti ini. Mengingatkan diri nya akan permasalahan yang pernah terjadi sebelumnya. Siska juga bersikap seperti ini namun, yang berbeda adalah kalau saat itu diri nya tidak menangis, dan untuk kali ini malahan sangat terlihat rapuh.     

Dengan senyuman yang ada di bibir nya, Siska tersenyum lebar dan berkata "Aku baik baik saja kok Mas. Cuma tadi inget sesuatu, jadi nya gitu maaf ya Mas bikin repot," ujar Siska.      

"Beneran?" tanya Elang penuh selidiki.      

"Iya," jawab Siska singkat. Tak lama makanan mereka berdua pun sudah terhidang di depa. Kedua nya, mereka makan dengan begitu lahap nya. Sesekali terdengar candaan dari mulut kedua nya untuk menghiasi makan siang mereka berdua.      

Setelah selesai dengan urusan perut, kedua nya pun pergi dari tempat tersebut dan mulai kembali kepada misi selanjutnya, menuju tempat barang antik.      

Di lain tempat Bian dan Carissa sedang menikmati waktu berdua saja, Melody saat ini sedang bepergian dengan Bunga dan Alan. Anak kecil itu selalu girang ketika Onty dan Uncle nya pergi mengajak diri nya untuk jalan jalan.      

"Besok kita berangkat jam berapa mas?" tanya Caca. Bian terdiam sesat sebelum akhirnya diri nya menjawab pertanyaan sang istri.      

"Jam 09.00 pagi aja. Acara nya kan jam 11.00 hanya saja biar kamu masih bisa istirahat. Kasihan adek bayi, kalau langsung acara nya," balas Bian.      

Carissa menganggukkan kepalanya besok mereka akan mengadakan acara pengajian untuk syukuran tujuh bulanan Carissa yang akan di adakan di panti asuhan kasih ibu. Di mana menurut Caca, di sana adalah tempat yang tempat agar diri nya semakin mawas diri karena pernah tinggal di sana. Bian selalu memberikan dukungan kepada istri nya itu, segala sesuatu akan di lakukan oleh Bian untuk bisa membuat Caca bahagia.      

Sejak kejutan beberapa hari lalu, Carissa menjadi tenang wanita itu kembali menjalani kehidupannya dengan kebahagian. Tidak ada lagi kecurigaan, Bian juga sudah menjelaskan semua nya. Bahkan setiap hari diri nya, pasti akan meminta Caca untuk melihat ponsel nya tapi Carissa sudah yakin bahwa suaminya tidak akan mungkin seperti itu.      

***      

Malam hari saat makan malam bersama sikap Siska berbeda, wanita itu lebih banyak diam dari biasa nya. Berbeda dengan hari sebelumnya yang selalu ceria namun, kali ini terlihat lebih murung. Melihat perubahan sikap tersebut membuat Carissa saling menatap dengan Bian.      

"Ehem!!"      

Deheman yang dilakukan oleh Bian, tidak membuat posisi makan Siska berubah. Gadis itu tetap menatap ke depan dengan tatapan kosong.      

"Siska!!" panggil Bian. Namun, tetap saja gadis itu tidak mengindahkan panggilan Bian, kembali Bian dan Carissa saling menatap begitu juga dengan bunda Iren. Wanita itu juga merasakan hal yang berbeda dengan Siska sejak pulang dari bepergian tadi.      

Bunda Iren menyentuh lengan Siska, barulah gadis itu menoleh. Siska bingung dengan tatapan semua orang yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.      

"Kamu kenapa?" tanya Carissa.      

"Gak apa apa mbak," jawabnya dengan senyum yang mengembang, tapi Carissa tidak yakin dengan hal itu.      

"Kamu …,"      

Carissa menggelengkan kepalanya, ucapan yang akan dilontarkan oleh Bian di potong segera. Bian yang melihat hal itu mengurungkan niat nya untuk bertanya. Pria itu yakin, jika istrinya bisa menangani hal ini.      

"Makannya di mana Nak. Kamu mau makan apa, biar bunda buatkan," ucap bunda Iren.      

"Gak perlu Bund. Ini aja, aku suka," jawab Siska. Wanita itu segera memakan makanannya meskipun, saat ini kepala Siska penuh dengan pikiran yang tidak baik. Memikirkan pria itu sangat bisa merubah mood di dalam diri Siska, apa lagi jika dirinya kembali bertemu dengan orang tersebut.      

Setelah selesai, makan malam Carissa mengajak Siska ke arah taman belakang untuk mengobrol. Keduanya saling duduk di dekat taman, Bian membiarkan istrinya untuk bicara dengan sang adik begitu juga dengan bunda Iren.      

Keduanya menunggu di ruang keluarga, sembari melihat Melody yang bermain puzzle. Sesekali Bian melirik ke taman belakang melihat istri dan adiknya yang sedang berbicara.      

"Kamu kenapa?" tanya Carissa. Siska menatap ke arah sang kakak ipar. Helaan nafas berat terdengar sangat jelas.      

"Dia kembali," ucap Siska. Mata Carissa melotot tajam, ketika mendengar siapa orang yang Siska maksud. Carissa bukan orang bodoh yang tidak tahu siapa orang tersebut, Carissa sudah mengetahui bagaimana jatuh bangun nya Siska dalam menyembuhkan hati yang begitu sakit akibat sebuah pengkhianatan.      

"Xavier?" tanya Carissa. Siska menganggukkan kepalanya, Caca menutup mulutnya kaget. Wanita itu tidak menyangka jika, pria yang bernama Xavier itu datang kembali. Caca juga tidak pernah bahkan belum sama sekali bertemu dengan Xavier, pria yang sudah dengan tega mengkhianati Siska dengan sahabatnya sendiri saat masih kuliah di Australia.      

"Kalian bertemu di mana?" tanya Carissa.      

Siska menceritakan semuanya, bagaimana bisa diri nya bertemu dengan pria yang sudah sangat lama ini dia buang dari pikirannya, sungguh kejadian beberapa tahun lalu benar benar membuat trauma tersendiri. Xavier adalah cinta pertama Siska dan orang pertama yang mengenalkan kepada Siska arti dari sebuah cinta. Hubungan yang terjalin selama 3 tahun, itu harus kandas karena kesalahan yang di lakukan oleh Xavier, pria itu menghamili Ulan sahabat Siska teman satu apartemen Siska di Australia.      

Bukan hanya di sana, saja tapi Xavier juga menyebarkan berita hoax mengenai dirinya. Siska di bully oleh seluruh orang yang ada di kampusnya, Xavier mengatakan bahwa Siska sengaja mendekati dirinya karena ingin populer.      

Itulah penyebab utama Siska pulang ke Indonesia, meninggalkan semua luka yang sangat tidak ada obatnya, lalu bertemu dengan Elang pria yang juga membuat Siska nyaman. Pria baik yang menurut Siska tidak akan tega menyakitinya, tapi nyatanya hal itu terulang kembali. Siska harus kembali menelan pil pahit pengkhianatan.      

"Oke sekarang kamu harus bangkit. Lupakan semuanya, lupa Xavier lupa orang orang yang pernah jahat sama kamu. Ini hidup kamu, ini kebahagian kamu. Jadi please, berhenti memikirkan apa pun yang membuat kamu tidak suka."      

Carissa memberikan saran kepada Siska untuk melupakan semua yang terjadi, melupakan rasa sakit tersebut, Carissa mengerti tidak mudah untuk Siska melupakan semuanya.      

"Kamu mau setiap ketemu mereka kamu kabur? Seolah orang orang itu adalah Tuhan yang ditakuti? Tidak usah bersikap seperti itu lagi, biarkan lupa. Jangan sakiti diri kamu sendiri dengan memendam dendam dengan mereka, mbak yakin kamu bisa ikhlas," ucap Carissa lagi. Keduanya saling memeluk, Siska sangat bersyukur memiliki kakak ipar seperti Carissa yang selalu mau menerima semua keluh kesah yang ada, Siska jadi tidak canggung untuk bercerita kepadanya. Hal ini lah yang membuat keduanya dekat.      

"Terima kasih mbak. Mbak Carissa memang selalu bisa mengerti aku, mbak Caca selalu mampu membuat aku sadar yang membuka semua pikiran aku. Memang seharusnya aku tidak boleh lari, semua sudah terjadi dan harusnya aku semakin kuat untuk menjadi manusia yang lebih baik."      

"Good job. Itu baru adik mbak, jangan pernah galau lagi yaa, banyak orang yang menyayangi kamu."      

Setelah pembicaraan tersebut, keduanya masuk ke dalam rumah senyuman indah tercetak dengan sangat jelas di bibir mereka. Hal itu membuat Bunda Iren juga tersenyum, sedangkan Bian menatap takjub kepada istrinya itu Carissa memang pintar membuat hati orang orang luluh.      

###     

Selamat membaca, sehat terus buat kalian semua.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.